Balada Kerja Praktek bag.1

Kerja praktek merupakan salah satu matkul (mata kuliah) wajib ambil sebelum mengambil mata kuliah legendaris, Tugas Akhir (TA). Jadi ketika liburan semester 6, maka semua mahasiswa angkatan gue berbondong-bondong buat melakukan Kerja Praktek (KP) ditempat yang mereka inginkan. Tapi tidak semuanya bisa berangkat. Hanya beberapa orang yang masih tidak boleh diberangkatkan karena terkendala syarat dalam melakukan kegiatan tersebut.

Problematika mahasiswa seperti gue adalah, dimana tempat KP yang gue pengen. Instansi? Industri? Atau lembaga pemerintah? Gue sama sekali nggak kepikiran. Dan ketika 3 bulan menuju D-day KP, pikiran gue masih kosong melompong. Tidak ada gambaran sama sekali. Bahkan gue sempet pengen ngikut temen gue yang sudah menetapkan hatinya mau KP dimana.

Pada suatu ketika gue merenung, bertanya pada hati kecil. 

“Lo mau KP dimana sih? Pengen lo apa sih? Jangan bilang lo pengen buru-buru nikah!”

Hingga pukul dua pagi, gue masih belum menemukan jawaban yang sesuai dengan apa yang gue pengen. Gue seperti cewek galau karena pengen move on atau tetep pada jalan cintanya.

Pada saat gue istirahat di sela-sela kuliah, gue nyempetin googling. Niatnya mau cari anime terbaru. Tapi, karena bisikan setan yang berbisik “KP dimana lo?”, gue jadi googling tempat KP mana yang sekiranya cocok sama gue. Dan iseng, gue ngetik “Limnologi LIPI”

Ternyata ada. Googling menampilkan website lembaga itu pada tautan paling atas. Padahal gue iseng, dan kepikiran salah satu matkul yang gue ambil semester lalu. Dengan girang gue klik, dan....... 

Loadingnya lama. Maklum, tanggal tua. Jurusan belom bayar tagihan wifi.

Mata gue tertuju pada beranda website. Wah, beneran ada. Gue coba cek pada bagian prosedur pengajuan magang / PKL. Gue baca secara rinci tanpa berkedip . Hasilnya mata gue panas kena radiasi layar. Goblok!.

Detik itu juga, gue udah memutuskan untuk KP ditempat tersebut. Yah, bener. Pemilihan tempat gue se-random itu. Karena iseng.

`````
Sebelum berangkat mudik, gue disibukkan dengan preparasi barang yang bakal gue bawa untuk KP. Mama sampai bela-belain beli koper buat gue. Gue melakukan checklist baju, celana, celana dalam, dan beberapa item lain. Rencananya, gue mudik dulu kerumah nenek selama 2-3 hari, kemudian pulang dan berangkat menuju tempat KP.

Tempat KP gue berada pada komplek LIPI Cibinong, Bogor. Sekitar hampir 700 km dari kota gue tinggal. Untungnya gue berangkat dengan naik kereta. Gue nggak bisa bayangin kalo gue berangkat naik onta. Kasian ontanya, ntar kapalan.

Gue udah mempersiapkan diri bakal kena semprot sama nenek. Pasalnya, waktu yang terlalu singkat untuk lebaran. Ya, mau gimana lagi. Namanya juga kuliah, mau nggak mau yang harus dijalani. Maaf ya nek. Nggak bisa lama-lama nginepnya.

Rumah nenek gue berada di Ponorogo, kota reog. Jaraknya hampir 100 km dari rumah. Gue sama keluarga menempuh menggunakan motor. Alasannya, bus terlalu penuh untuk dinaiki, dan jalan terlalu macet. Jadi cara tercepat adalah naik motor. Meskipun harus merelakan pantat jadi sedikit pegel.

Dirumah nenek, gue seakan punya kutukan tersendiri. Itu dimulai dari tahun lalu. Kutukan tersebut adalah setiap hari kedua di rumah nenek waktu lebaran, gue pasti mules gajelas. Dan bener aja, pas hari kedua gue kena kutukan itu lagi. Alhasil, selama lebaran gue dikamar mulu, meratapi perut yang terus mules. Sial.

`````
Tepat hari ketiga gue pulang. Nenek dan sodara gue melepas kepulangan gue dengan berat hati. Pasalnya, seluruh keluarga besar gue belum sempat kumpul waktu gue pulang. Tapi, gue nggak boleh cengeng. KP harus tetap berjalan.

“Udah pulang aja?” kata saudara gue sambil menenteng kopi item pada lepek. “Minggu depan gue nikah. Sayang banget lo nggak bisa datang”

Eh? Saudara gue mau nikah, dan itu minggu depan. Buset. Kenapa baru bilang ke gue sekarang? Kata gue dalam hati.

“Ya uwes, selamat nikah.”

Inilah problematika keluarga besar. Saat saudara sepupu tertua lo udah pada nikah semua, pasti tahun depan ketika pulang kampung elo yang gantian ditodong dengan pertanyaan gini,

“Jadi resepsi tanggal berapa?”
“Mau bikin berapa undangan?”
“Jadi cateringnya mau pesen yang mana?”
“Jadi istrimu orang mana?”

Dan kemudian Mama sama Ayah bakal ikutan ngode gini,

“Duh tangan mama pengen nggendong bayi. Apalagi kalo dia udah mulai nangis gitu. Kan lucu.”

Selama di jalan gue jadi kepikiran hal itu. Pasti nanti akan tiba masanya gue ditanya-tanya begitu. Gue masih belom mau. Maksudnya belom ada pasangan. Dan gue males mikir gitu-gitu dulu ribet. Duitnya aja masih belum ada.

Gue memacu kecepatan motor gue dengan sederhana, 100 KM/ Jam. Lengangnya jalanan semakin membuatku mudah untuk memacu motor. Akan tetapi semua berubah saat memasuki jalanan hutan yang sempit. Jalan tersebut hanya terdiri dari dua lajur, dan pada saat itu volume kendaaraan sangatlah padat. Alhasil macet terjadi. Untungnya memakai motor, gue bisa berjalan di luar aspal. Hampir 12 KM jalanan macet, dan langit mendadak gelap. Tanda sebentar lagi terjadi hujan. Gue memutuskan untuk mampir di masjid untuk menunaikan shalat sembari istirahat.

Namun petaka kemudian terjadi. Saat itu kondisi jalanan malam, dan gue juga sedang kurang konsentrasi akibat belum minum aqua. Akibatnya gue jatuh dan hampir dilindas oleh bus. Untungnya motor sama gue nggak kena lindas. Orang-orang pada nolongin gue. Hanya saja dengkul dan pergelangan tangan gue jadi nyeri. Sial, besok mau berangkat malah badan sakit semua. 

Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar

Short Story Mind @ copyright 2013. Diberdayakan oleh Blogger.
Blacy Smiley - Silly

Check

Jaringan Penulis Indonesia Moker

Riwayat Hidup

Foto saya
Gue adalah gue. Gue yakin jika gue akan jadi penulis. Kenapa..? Karena gue saat ini sedang menulis ini. Nggak percaya, liat aja tulisannnya. Follow @propariotik

Pengikut

Visit

Cerpenmu